
Tentang Kami
Desa Cokopsulanjana
Pada masa dahulu ada sebuah Desa di sebelah selatan Kecamatan Waringikurung yaitu Desa Sasahan pada tahun 1980an masyarakat mulai bertambah dan pada Tahun 1983 Desa Sasahan dimekarkan menjadi 2 Desa yang diberi nama Desa COKOPSULANJANA. COKOPSULANJANA berasal dari kata COKOP yang diambil dari nama sebuah mata air Kali Cokop yang tidak pernah kering meski kemarau panjang yang berada di dekat kampung Kolelet, dan ada pula yang memberi makna tersendiri bahwa kali Cokop yang jernih menandakan kejernihan hati dan berkecukupan, Air bermakna sumber kehidupan yang memberi kesejukan dan kesuburan pada masyarakat. Sedangkan SULANJANA diambil dari sebuah Gunung yang berada disekitar desa yang bernama Gunung Sulanjana. Gunung ini merupakan bekas markas pusat penyerangan Tubagus Buang pada masa Pimpinan Sultan Jainul Arifin yaitu Sultan yang di Culik Belanda dan di buang ke Ambon Maluku sehingga memancing kemarahan masyarakat Banten termasuk Tb.Buang sebagai keponakan Sultan Jainul Arifin, Otak keributan tersebut dimotori oleh Sarifah Fatimah istri sultan itu sendiri yang bekerjasama dengan Belanda dan di Puncak Gunung Sulanjana pun terdapat Makam saudara sepupu Tubagus Buang yang bernama Tb.Abu Zakaria bin Tb.Ibrohim bin Pangeran Muhamad Tahir bin Sultan Abu Nasr Abdul Kahar.
              Karena Desa Cokopsulanjana dilintasi jalan raya yang menghubungkan kota Serang dan kota Cilegon perkembangan Desa Cokopsulanjana secara berangsur angsur bertambah berkembang dan masyarakat bertambah banyak yang pindah ke Cokopsulanjana sehingga Desa Cokopsulanjana berpenduduk beraneka ragam.